Extra Money ???

Wednesday, January 30, 2013

Dol (Doli) Alat Musik Tradisional Dari Bengkulu


Dol, alat musik tradisional Provinsi Bengkulu ini mulanya hanya tampil setahun sekali untuk mengenang cucu Nabi Muhammad SAW di Padang Karbala Husin bin Ali Abu Thalib. Perayaan ritual Tabot setiap bulan Muharam rasanya memang belum terasa lengkap jika tidak diiringi dengan suara dentuman Dol.
Sekitar 150 tahun lalu, Dol memiliki diameter sepanjang 90 centimeter dengan tinggi 100 centimeter. Secara turun temurun, Dol peninggalan zaman dulu dirawat hingga akhirnya sampai ke tangan Abdul Salam, sebagai orang turunan ke 5 pembuat Dol.

Sejak masa Abdul Salam Dol berkembang menjadi lebih bervareasi. Mulai dari yang tingginya sejengkal sampai yang 60 centimeter.
Bahan untuk membuat Dol juga tidak lagi hanya dari batang pohon rambutan atau cempedak. Bola pelampung dan bongol kelapa juga dapat digunakan.
Beginilah cara pembuatan dol dari batok kelapa. Setelah diamplas dan terlihat halus, lalu dicat warna warni. Sebagai penutup digunakan kulit sapi. Beda lagi membuat Dol dari bongol kelapa. Proses pembersihan bongol kelapa ini agak sulit karena harus dibentuk lebih dulu. Prosesnya memang hampir sama. Bedanya proses pengikatan kulit sapi pada bongol kelapa besar ini harus kencang dengan menggunakan rotan. Tali rotan dililit satu persatu ke arah vertikal dan horizontal agar ikatan kuat.

Lesung Alat Musik Tradisional Dari Banten


Bendrong Lesung merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat Cilegon-Banten, yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun di masyarakat hingga saat ini. Awalnya kesenian ini merupakan tradisi masyarakat setempat dalam menyambut Panen Raya. Tujuannya untuk mengungkapkan kebahagiaan atas jerih payah yang dilakukan, dan yang telah membuahkan hasil. Dalam perkembangannya, Bendrong Lesung tidak hanya ditampilkan pada penyambutan Panen Raya, tetapi ditampilkan juga pada acara-acara pesta perkawinan atau upacara peresmian. Bendrong Lesung memadukan musik Lesung atau Lisung (tempat menumbuk padi) dengan musik lainnya yang dimainkan oleh beberapa orang. Sekilas memang tak ada yang istimewa dari alat musik yang digunakan. Semuanya serba kayu,dan bunyinya pun tuk tuk. Namun tata aturan dan semangat para wanita menimbulkan semangat tersendiri. Biasanya akan ada sekitar enam perempuan yang sibuk menumbuk padi sehingga menimbulkan suara suara yang khas dan enak didengar. Sementara mengingat alu yang digunakan sebagai alat pemukulnya maka enam perempuan itu pula yang mengelilingi kerumunan lesung dan memukul secara bergantian. Bendrong lesung memang ada sampai dengan hari ini  namun mengalami perubahan yang cukup drastis, karena yang memainkan hanya ibu ibu saja,sementara anak anak mereka hanya puas menonton. Jika hal ini tak dilestarikan dengan gerakan kebudayaan, maka bendrong lesung akan punah seiring usianya ibu ibu yang memainkan alat tersebut. Tentunya ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah daerah dan penggiat kesenian.

Tuesday, January 29, 2013

Gamelan Bali, Ceng Ceng Dari Pulau Bali








  Gamelan Bali






 Ceng Ceng





 



Gamelan Bali memiliki lebih banyak instrumen berbilah
daripada berpencu. Logamnya pun lebih tebal sehingga dapat bersuara
lebih nyaring. Ciri lain gamelan Bali adalah digunakannya sejenis simbal
yang disebut ceng-ceng. Ceng-ceng inilah yang berbunyi nyaring dan
cepat sehingga membuat musik Bali berbeda dari musik Jawa.


Alat Musik Rifai Dari Aceh















Rifai Alat Musik Tradisional Dari Nangroe Aceh Darussalam

Rapai (Rifai) merupakan salah satu alat tabuh seni dari Aceh. Nama Rapai diadopsi dari nama Syeik Rifai yaitu orang yang pertama kali mengembangkan alat musik ini. Bentuk Rapai hampir seperti rebana, hanya saja terdapat sedikit perbedaan antara rapai dan rebana, yakni kayu yang digunakan untuk pembuatan kedua alat musik ini. Ukuran dan beratnya pun berbeda, rapai cenderung lebih besar dan berat dibandingkan dengan rebana.